P |
ukul 7 malam bukan bukan waktu yang tepat untuk seorang anak berkeliaran di jalanan yang ramai. Tapi itulah yang sedang dilakukan oleh seorang anak kecil yang berumur sekitar 11 tahun.
Saya bertemu dengannya di depan toko Glory Kupang, dengan peluit terjepit pada kedua bibirnya, tangannya sibuk berayun menahan atau membiarkan setiap kendaraan yang lewat, dengan kekuatannya berusaha menggeser setiap badan kendaraan jika pengendara yang menggunakan jasa parkirnya mengalami kesulitan dalam menempatkan kendaraan pada tempat yang semestinya.
Pada waktu melihatnya saya bertanya-tanya “Lil Parker, mengapa kamu sudah bekerja?”
Saya tak ingin membuat perbandingan untuk apapun. Tapi bukankah untuk anak seusianya saat seperti ini adalah di rumahnya, menikmati makan malam atau belajar, menonton televisi atau berkumpul bersama keluarganya, istirahat atau melakukan kegiatan untuk anak-anak seusianya.
Seusianya, Saya pernah menjual kelereng-kelereng saya yang saya dapatkan dari hasil kemenangan dalam permainan itu untuk membeli selusin spidol. Apakah lil parker itu juga menjual jasanya untuk membeli spidol atau permen? Tapi bagaimana jika untuk membeli makan karena seharian ia tak makan? Ataukah itu untuk membantu orang tuanya untuk membeli kebutuhan pokok?
Kemungkinan kedua dan ketiga tersebut selalu membuat saya berpikir bahwa kehidupan itu tak adil dalam sudut pandang saya sebagai manusia.
”Bondye konn bay, men li pa konn separe”
Adalah pepatah Haiti yang artinya Tuhan memberi tapi tidak membagi. Tuhan memberi kita manusia segala sesuatu yang dibutuhkan untuk berkembang. Tapi bukan Dia yang harus melakukan pembagian. Tugas itu ada ditangan kita.
Saya berpikir bahwa pepatah itu ada benarnya. Hidup memang terlalu keras dengan semua dinamika yang tejadi. Hidup memang terlalu misterius dalam menceritakan kehidupan yang terjadi didepan kita. Kadang membuat kita frustrasi jika memaksa memikirkannya. Kadang membuat kita terasing dan bertanya-tanya apa sebenarnya yang telah kita lakukan dan kita mengutuk hidup untuk ketidakberpihakannya pada kita. Ya sudah, mengapa kita masih memikirkan itu? Lakukan saja yang harus kita lakukan dengan kemampuan terbaik kita, miliki hati yang peka dan berjalan dalam rel batin kita sebagai manusia yang sesungguhnya dan tidak perlu mempertimbangkan hal yang bertentangan dengan sifat dasar kita sebagai manusia yang egois sehingga apa yang sudah Tuhan berikan kepada kita pun dapat menjadi bagian kita dan kita dapat menikmatinya.
Dan si Lil Parker telah berada pada jalan dan cara terbaiknya. Melakukan apa yang bisa dilakukannya meskipun itu bukan yang seharusnya dan kita pun harus melakukan apa yang harus kita lakukan untuk kita sendiri dan untuk diriya.
Saya membayar jasa parkiran, mengucapkan terimakasih padanya dan dia tersenyum lalu melanjutkan pekerjaannya. Saya berharap jika suatu saat nanti saya kembali lagi, saya mengenalinya bukan lagi Lil Parker tapi setidaknya sebagai seorang Polantas atau apapun yang dicita-citakannya.
Tuhan memberkatimu dengan limpah, Lil Parker.