Rabu, 09 Februari 2011

LIL PARKER



P
ukul 7 malam bukan bukan waktu yang tepat untuk seorang anak berkeliaran di jalanan yang ramai. Tapi itulah yang sedang dilakukan oleh seorang anak kecil yang berumur sekitar  11 tahun.
Saya bertemu dengannya di depan toko Glory Kupang, dengan peluit terjepit pada kedua bibirnya, tangannya sibuk berayun menahan atau membiarkan setiap kendaraan yang lewat, dengan kekuatannya berusaha menggeser setiap badan kendaraan jika pengendara yang menggunakan jasa parkirnya mengalami kesulitan dalam menempatkan kendaraan pada tempat yang semestinya.

Pada waktu melihatnya saya bertanya-tanya “Lil Parker, mengapa kamu sudah bekerja?”
Saya tak ingin membuat perbandingan untuk apapun. Tapi bukankah untuk anak seusianya saat seperti ini adalah di rumahnya, menikmati makan malam atau belajar, menonton televisi atau berkumpul bersama keluarganya, istirahat atau melakukan kegiatan untuk anak-anak seusianya.
Seusianya, Saya pernah menjual kelereng-kelereng saya yang saya dapatkan dari hasil kemenangan dalam permainan itu untuk membeli selusin spidol. Apakah lil parker itu juga menjual jasanya untuk membeli spidol atau permen? Tapi bagaimana jika untuk membeli makan karena seharian ia tak makan? Ataukah itu untuk membantu orang tuanya untuk membeli kebutuhan pokok?

Kemungkinan kedua dan ketiga tersebut selalu membuat saya berpikir bahwa kehidupan itu tak adil dalam sudut pandang saya sebagai manusia.
”Bondye konn bay, men li pa konn separe”
Adalah pepatah Haiti yang artinya Tuhan memberi tapi tidak membagi. Tuhan memberi kita manusia segala sesuatu yang dibutuhkan untuk berkembang. Tapi bukan Dia yang harus melakukan pembagian. Tugas itu ada ditangan kita.
Saya berpikir bahwa pepatah itu ada benarnya. Hidup memang terlalu keras dengan semua dinamika yang tejadi. Hidup memang terlalu misterius dalam menceritakan kehidupan yang terjadi didepan kita. Kadang membuat kita frustrasi jika memaksa memikirkannya. Kadang membuat kita terasing dan bertanya-tanya apa sebenarnya yang telah kita lakukan dan kita mengutuk hidup untuk ketidakberpihakannya pada kita. Ya sudah, mengapa kita masih memikirkan itu? Lakukan saja yang harus kita lakukan dengan kemampuan terbaik kita, miliki hati yang peka dan berjalan dalam rel batin kita sebagai manusia yang sesungguhnya dan tidak perlu mempertimbangkan hal yang bertentangan dengan sifat dasar kita sebagai manusia yang egois sehingga apa yang sudah Tuhan berikan kepada kita pun dapat menjadi bagian kita dan kita dapat menikmatinya.

Dan si Lil Parker telah berada pada jalan dan cara terbaiknya. Melakukan apa yang bisa dilakukannya meskipun itu bukan yang seharusnya dan kita pun harus melakukan apa yang harus kita lakukan untuk kita sendiri dan untuk diriya.
Saya membayar jasa parkiran, mengucapkan terimakasih padanya dan dia tersenyum lalu melanjutkan pekerjaannya. Saya berharap jika suatu saat nanti saya kembali lagi, saya mengenalinya bukan lagi Lil Parker tapi setidaknya sebagai seorang Polantas atau apapun yang dicita-citakannya.

Tuhan memberkatimu dengan limpah, Lil Parker.

Senin, 07 Februari 2011

PERNAH LELAH UNTUK BERDOA (Tulisan ini sewaktu-waktu akan saya hapus)



Saya ingin membaca tapi saya malah menulis ini. sesuatu yang tidak ingin saya bagikan tapi saya bagikan tepatnya saya ragu-ragu untuk membagikannya. Saya hanya ingin bertanya pernahkah kau disana, disaya?
Pernahkah kau disana: “malam itu saya tidak mematikan lampu kamar. Tidak seperti biasanya. Entah mengapa, saya tak tahu. Tengah malam itu ada  yang mengetok pintu kamar, saya mendengar tapi ketokan itu tak ada lagi untuk yang kedua kali. Saya tak menghiraukan hal itu dan malam itu dengan malas saya hanya bilang “ malam Tuhan” lalu mencoba tidur. Beberapa saat kemudian entah sadar entah tidak, dengan spontan saya melihat ke arah pintu. Ada dia disana. Datang ke ranjang saya, berbaring bersama saya lalu memeluk dan mencekik saya. saya meronta, saya seperti kehabisan napas, saya berteriak, saya menendang, saya bergulat hebat, saya berkeringat, saya seperti hampir mati, saya mencoba berucap, Oh Tuhan, tolong saya… saya tidak percaya apa yang sudah terjadi, mata saya hanya bisa memandang tembok kuning atas dekat plafon itu, saya marah dan berkata apakah kau lebih hebat dari Tuhan saya? tapi  saya hanya bisa melihat tembok itu, dan sepertinya sebentar lagi saya akan mati….. saya betul-betul kehabisan napas… saya berpikir ya Tuhan saya pasti mati… tapi tiba-tiba saya bisa bernapas kembali, merasa sedikit kelegaan tapi mata saya masih di tembok itu. Saya melihat ada sinar kebiru-biruan seperti aliran listrik mengelilingi setiap sisi dan sudut tembok kamar saya. saya bisa bernapas, saya bisa duduk, saya bisa melihat kiri, kanan, muka dan belakang. Saya masih bisa mengingat wajah dia yang mencekik saya, seseorang yang saya kenal dengan baik,  yang mungkin kewalahan dengan dengan kekuatan doa saya dan sahabat-sahabat saya. Keesokan harinya saya bertanya pada orang itu apakah dia baik-baik saja? Dia bilang iya dan bertanya mengapa? Saya hanya bilang saya mimpi buruk. Dia tak memberi respon dan dengan berani saya ke rumahnya hanya untuk melihat dirinya dan menatap matanya tapi saya tak ingin bertanya mengapa dia melakukan itu pada saya? saya sudah tahu”
Pernahkah kamu disaya “ Malam tadi… saya ingin memastikan semuanya baik-baik saja sebelum saya memutuskan untuk tidur. Saya menuggu semuanya tertidur dan sembari itu Saya menghapus beberapa sms yang memenuhi inboks saya. Empat nama dengan empat peristiwa dan empat rahasia. Saya merenung tentang sakit kepala yang teramat hebat tadi sore. Saya pernah merasakan itu dan saya mulai takut untuk sesuatu yang buruk yang akan terjadi. Saya berharap semuanya akan baik-baik saja sampai saya dibawa pada gambaran itu. Bukan suatu imajinasi visual yang saya ciptakan sendiri karena saya tidak suka melihat hal-hal aneh seperti itu. Saya disana dan menyaksikan sesosok makhluk abu-abu berambut ikal dengan lidah merahnya. Berteriak dan meronta-ronta kesakitan. Di lehernya saya melihat sebuah gergaji yang sedang menempel di lehernya tapi saya tidak melihat darah. Yang saya lihat hanya penampakkan kepala sampai lehernya. Saat itu saya hanya berkata “ mengerikan.. mengerikan” dan saya mencoba lari dari situ. Lalu saya tiba pada sebuah ruangan. Tepatnya sebuah kamar tidur. Didalamnya terdapat dua tempat tidur yang dibatasi oleh sebuah meja, entah meja apa, saya tidak melihat secara jelas. Di tempat tidur bagian kiri dari pintu saya melihat seorang gadis yang sedang berbaring melipat badan ke arah tembok, membelakangi tempat tidur yang satunya. Gadis itu berbaju putih dan bercelana hitam. Tapi ketika saya mencoba melihat dengan seksama, celananya bukan hitam tapi cokelat. Dia sepertinya sedang menangis, kedinginan atau apalah itu saya tidak tahu karena tiba-tiba saya kembali lagi pada sosok abu-abu itu yang menatap saya dan lagi-lagi saya berkata mengerikan-mengerikan dan mencoba lari dari situ. Dan akhirnya saya memang tidak lagi disitu dan saya tertidur. Keesokan harinya (hari ini) saya memikirkan hal itu. Saya ke belakang rumah dan langsung melihat ayam betina tetangga saya yang berwarna abu-abu dan saya terkejut setengah mati ketika saya mendapati bahwa saat ini saya sedang memakai baju putih dan celana cokelat.”
Saya tidak ingin menyimpulkan apapun sekarang. Saya hanya ingin mengakui bahwa akhir-akhir ini saya terlalu lemah untuk berdoa. Saya terlalu sibuk dengan urusan saya sampai capai dan akhirnya terlalu lelah bahkan lupa untuk mendoakan apapun.

Let’s PRAY
Matius 26:41 Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah."

1 korintus 14:15. Jadi, apakah yang harus kubuat? Aku akan berdoa dengan rohku, tetapi aku akan berdoa juga dengan akal budiku; aku akan menyanyi dan memuji dengan rohku, tetapi aku akan menyanyi dan memuji juga dengan akal budiku.

1 Korintus 7:5 Janganlah kamu saling menjauhi, kecuali dengan persetujuan bersama untuk sementara waktu, supaya kamu mendapat kesempatan untuk berdoa. Sesudah itu hendaklah kamu kembali hidup bersama-sama, supaya Iblis jangan menggodai kamu, karena kamu tidak tahan bertarak.

Lukas 21:36 Berjaga-jagalah senantiasa sambil berdoa, supaya kamu beroleh kekuatan untuk luput dari semua yang akan terjadi itu, dan supaya kamu tahan berdiri di hadapan Anak Manusia."

Roma 1:10 Aku berdoa, semoga dengan kehendak Allah aku akhirnya beroleh kesempatan untuk mengunjungi kamu.

Efesus 6:18 dalam segala doa dan permohonan. Berdoalah setiap waktu di dalam Roh dan berjaga-jagalah di dalam doamu itu dengan permohonan yang tak putus-putusnya untuk segala orang Kudus,
Filipi 1:3. Aku mengucap syukur kepada Allahku setiap kali aku mengingat kamu.
1:4 Dan setiap kali aku berdoa untuk kamu semua, aku selalu berdoa dengan sukacita.

1 Tesalonika 5:17 Tetaplah berdoa.

1 petrus 4:7. Kesudahan segala sesuatu sudah dekat. Karena itu kuasailah dirimu dan jadilah tenang, supaya kamu dapat berdoa.

Rabu, 02 Februari 2011

AWAL DARI MULAI


“Diam adalah ketika kuberikan hati dan doaku bekerja. Ketika bibirku terkatup, ku tahu artinya bahwa tak ada yang boleh diam bekerja untukku.
Dan saat ini diam telah melakukan tugasnya. Rahasiaku bukan lagi rahasiaku. Dilemaku bukan lagi pilihan yang harus kupilih salah satunya.
Dan kebenaran telah memberikan dirinya untukku tanpa ku undang, kupaksa dan kuduga.
         Namun, kebenaran memang tak selalu benar untuk setiap tindakan saat ini. Sakit, tanpa akal, urat pikir menimbul dan berkerut, hati panas karena bara luka.
Air mata tak lagi mampu untuk menunjukkannya…..
Maaf masih jauh dari jangkauan…..
Karena Salah masih ditemani ketidakjujuran.
        Bila hati yang lain tak lagi terikat pada cinta yang salah, malu bukanlah alasan untuk akui salah, kisah ini akan berakhir tanpa salah dan melupakan yang salah bukan lagi hal yang salah.
Tapi jangan berakhir saat ini, karena waktu masih panas untuk berjalan dan memutuskan”

Inilah sepenggal tulisan yang kutulis pada 14 Maret 2009 pukul 16.58 WITA. Ketika aku berusaha untuk tidak menjadi seseorang yang introvert dan penuh rahasia.
Ada begitu banyak hal kusimpan sendiri dan aku selalu menunggu waktu yang akan membukanya. Tapi hal ini tentu saja menyodokku menyalahkan diri sendiri. Sesuatu yang sebenarnya bisa kucegah untuk tidak menjadi retak.
Lalu aku memberanikan untuk menulis disini agar kau tahu bahwa aku sedang belajar untuk tidak menyimpan semua kisah ini sendiri. Aku hanya ingin bercerita, kau membaca dan jangan bertanya, DON’T TRY TO UNDERSTAND. Cukup dengarkan saja.